Komoditas karet

Komoditas karet kembali menjadi penyumbang tertinggi ekspor nonmigas Sumsel sepanjang 2010. Kontribusinya mencapai 80% dari nilai ekspor yang dibukukan sebesar USD2.419.150. Selain karet, komoditas lain yang memberi sokongan ekspor cukup banyak,yakni komoditas crude palm oil (CPO) dan batu bara, masing-masing 2,88% dan 2,58%. Sedangkan, sisanya diberikan komoditas kayu 0,45%, udang 0,42%, dan teh 0,03%. “Sumbangan karet sangat tinggi dibandingkan komoditas lain karet masih menjadi andalan karena permintaan ekspornya sangat pesat. Dari total nilai ekspor USD 3.516.900, nilai ekspor karet menyumbang USD2.419.150,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumsel Haslani Haris di Palembang kemarin.

Haslani menjelaskan, berdasarkan data BPS, perkembangan ekspor nonmigas komoditas andalan meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2009 sebesar 96,19%. Peningkatan itu disebabkan adanya peningkatan secara pesat ekspor komoditas karet dan batu bara ke negara tujuan sebesar 110,51% dan 30,29% dibandingkan tahun lalu. Peningkatan serupa juga terjadi untuk total ekspor Sumsel secara keseluruhan baik migas maupun nonmigas.

Besaran kenaikannya mencapai 4,33% dibandingkan November menjadi USD 399.430 dari sebelumnya USD 382.860. Secara umum, ujar Haslani, komoditas tersebut diekspor ke-10 negara tujuan, masing-masing Amerika Serikat, China, Jepang, Jerman, Malaysia, India,Kanada, Prancis, dan Brazil. Di mana, pada Desember, jumlah ekspor yang paling mendominasi nilainya terjadi pada negara Malaysia sebesar USD32,18 juta, diikuti Amerika Serikat sebesar USD7,6 juta.

“Penurunan juga ada, terjadi untuk ekspor ke China dan Jepang, masing-masing USD 48,69 juta dan USD6,56 juta,” ujarnya. Peningkatan nilai ekspor ini sangat menggembirakan karena peranannya sangat penting dalam perekonomian dan pembangunan. Pasalnya, kegiatan ekspor merupakan salah satu sumber terbesar bagi penerimaan devisa. Dengan devisa tersebut, daerah tentu dapat membeli barang-barang impor untuk menunjang sektor industri.

Adapun pelabuhan muat untuk ekspor komoditas dari Sumsel pada Desember 2010 yang paling tinggi adalah Pelabuhan Boombaru dengan nilai sebesar USD332,58 juta, diikuti Pelabuhan Plaju sebesar USD61,68 juta. Sebaliknya, meski harga dan permintaan karet cukup tinggi, target ekspor yang ditetapkan Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel tahun 2010 sebanyak 800.000 ton justru belum tercapai.

Hal ini dipicu cuaca yang makin tak menentu sehingga berakibat pada penurunan aktivitas produksi. Cuaca tak menentu menurut Sekretaris Gapkindo Sumsel Awi Aman hampir terjadi sepanjang tahun. Akibatnya, petani karet sulit menyadap karet karena air hujan kerap mengganggu lateks. Jika hujan terjadi satu hari penuh, lateks yang sudah disadap kerap tumpah karena air hujan membasahi batang. Bukan itu saja, air yang mencampuri lateks juga menghasilkan karet yang tidak sesuai standar.

Namun, kondisi ini sangat menguntungkan petani. Sebab, meski sulit memenuhi target ekspor, petani tertolong dengan membaiknya harga karet sejak awal 2010. Saat itu rincinya harga karet mulai terdongkrak dibanding pada 2009. Nilainya bergerak dari USD 2,9/kg mencapai USD4,8/kg hingga penghujung 2010. “Harganya naik karena buyer seperti China, Amerika, Singapura, India, tetap menjaga permintaan. Dengan suplai yang terbatas akibat cuaca tak menentu,otomatis akan terus mendongkrak harga karet sampai 2011 ini,”pungkasnya. Demikian informasi dari Blogger Info tentang Komoditas karet.

2 komentar:

dewi mengatakan...

maju terus indonesia :)

konsultan pajak mengatakan...

tingkatkan ekspor indonesia,,
sehingga komuditi yang masuk ke Indonesia meningkat,,
siiip

 
Copyright © 2012 Blogger Info All rights reserved Mas Hari Daftar Isi
Sepeda Motor Injeksi Irit Harga Terbaik Cuma Honda Promo Member Alfamart Minimarket Lokal Terbaik Indonesia